Setiap wisatawan yang berkunjung ke desa yang berada di Pulau Samosir ini, selalu terkagum-kagum. Di desa ini masih terdapat peninggalan budaya Batak Toba dengan Rumah Bolon yang masih asli , berdiri kokoh terawat sejak ratusan tahun lalu. Desa ini dikenal dengan Desa Tua Huta Siallagan, satu dari banyak destinasi wisata di Samosir yang cukup terkenal.
Pintu Gerbang Huta Siallagan |
Huta Siallagan terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Huta Siallagan ini merupakan salah satu tujuan wisata yang harus di kunjungi jika anda berada di Pulau Samosir. Untuk datang ke Huta Siallagan ini anda cukup naik fery dari Tiga Raja Parapat ke Ambarita Pulau Samamosir. Perkampungan atau Huta Siallagan ini Sekitar 300 meter dari Pelabuhan Ambarita.
Kampung ini merupakan desa tua yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dibangun pada masa pemimpin Huta pertama, yaitu Raja Laga Siallagan. Siallagan adalah keturunan Raja Naimbaton yang mengikuti garis Raja Isumbaon, putra kedua Raja Batak. Huta Siallagan memiliki luas 2.400 meter persegi.
Jika Anda berkunjung masih kelihatan pagar tua yang terbuat dari susunan batu alam setinggi dua meter. Konon pagar Huta Siallagan ini dibuat untuk melindungi dari musuh dan binatang liar dengan pintu masuk yang sempit, cukup untuk satu orang saja. Kondisi ini menyesuaikan dengan filosofi orang Batak: Masuklah ke rumah orang dengan sopan tanpa terburu-buru.
Rumah Bolon di sini dahulunya adalah rumah raja dan para pembantunya. Hingga saat ini rumah rumah tersebut masih dihuni oleh ahli keturunan Raja Siallagan sebagai penerus dan pelestari adat Batak Khusunya di Huta Siallagan. Selain rumah yang masih dihuni oleh Keterunan Raja Siallagan, di sini terdapat satu Rumah Bolan yang dijadikan museum. Museum ini selalu diburu wisatawan setiap berkunjung ke sana.
Ada yang unik jika anda berkunjungi ini, yaitu setelah para pemandu menerangkan tentang Huta Sialllagan dengan lengkap dan jelas, saatnya anda akan diajak melakukan Batak Dance (Manortor) bersama keluarga raja. Manortor yang dilengkapi dengan Ulos dan Gondang Batak, membuat wisatawan bergembira. Banyak yang terharu bisa terlibat manortor ini di perkampungan tua ini.
Ada satu objek menjadikan Huta Siallagan ini berbeda dari seluruh kampung wisata yang ada di Samosir bahkan di seluruh kawasan Danau Toba. Di sini, wisatawan bisa melihat seperangkat bangku dan meja dari batu yang berumur lebih 200 tahun. Letaknya persis di tengah komplek Huta Siallagan dan berada di bawah pohon rindang. Konon di masanya, meja ini adalah tempat bersidang, makanya disebutlah tempat ini Batu Persidangan.
Di meja dan bangku inilah raja dan para pembantunya, melakukan rapat untuk mengadili siapa saja yang telah berbuat kriminal. Tindak kriminal saat itu berupa pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan menjadi mata-mata musuh. Hukumannya pun tidak main-main.
Jika kejahatannya tergolong kejahatan berat, maka pelaku akan dijatuhi hukuman pancung alias potong kepala. Jika kejahatannya kecil, maka akan diberikan sanksi berupa hukuman pasung yang sarananya tersedia di kolong Rumah Bolon. Wisatawan dapat melihat perangkat pasung tersebut sampai saat ini.
Bagi siapa saja yang telah diputuskan dalam persidangan dan dijatuhi hukuman pancung, maka hukuman tersebut akan dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan. Untuk eksekusi pancung tidak boleh sembarang, karena harus rembuk raja dengan para pembantunya. Beberapa hal penting yang dirembukkan sebelum eksekusi, memeriksa apakah terpidana memiliki sejenis ilmu hitam atau tidak, agar ditemukan hari sesuai untuk melakukan eksekusi. *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar