RS - Dalam tatanan masyarakat Batak, marga merupakan identitas yang menjelaskan asal-usul kekerabatannya. Sedangkan Huta atau kampung dibangun sebagai identitas kultural sekaligus sebagai tempat tinggal yang selanjutnya huta akan dinamai sebagai huta marga.
Gerbang Masuk Huta Siallagan. |
Seperti halnya marga Siallagan (turunan Raja Naiambaton garis keturunan dari Raja Isumbaon anak ke dua si Raja Batak) membangun sebuah huta/perkampungan yang dinamakan Huta Siallagan yang dibangun oleh keluarga marga Siallagan yang dikuasai oleh seorang pemimpin yaitu Raja Huta, dalam hal ini Raja Siallagan.
Menurut informasi, pembangunan huta Siallagan dilakukan secara gotong royong atas prakarsa raja huta yang pertama yakni Raja Laga Siallagan dan selanjutnya diwariskan kepada keturunannya Raja Hendrik Siallagan dan seterusnya kepada keturunan raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Arsitek atau rancang bangun huta ini menunjukkan identitas kejayaan dan peradaban marga Siallagan.
"Pembangunan huta yang menggunakan batu-batu besar disusun bertingkat menjadi sebuah tembok besar yang kelak menjadi benteng dan diatasnya ditanami bambu. Dahulu, untuk membangun rumah adat Batak, juga dilakukan dengan cara gotong royong mengangkut kayu dari hutan atau ladang keluarga, kemudian mendirikannya sesuai bentuk dan aturan pendirian rumah adat Batak," jelasnya.
Beberapa rumah adat masih ditempati oleh keturunan mereka, tapi ada juga rumah yang digunakan untuk publik yakni untuk menyimpan benda sejarah atau tradisional seperti ulos, alat manual ulos zaman dulu hingga alat alat-alat rumah tangga lainnya. (bbs/int)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar